Perkuliahan hari ini membuat saya sadar bahwa sebenarnya saya kurang memperhatikan saat kuliah filsafat, sehingga saya perlu untuk lebih sadar dalam belajar filsafat. Dengan nilai nol yang pernah saya peroleh, membuat saya sadar bahwa berjaya di partai nol itu sudah harus berakhir. Kuliah kali ini diawali
dengan tes jawab singkat yang terdiri dari 50 pertanyaan. Pertanyaan ini
menyangkut tes menembus ruang dan waktu. Dari tes jawab singkat ini, kita bisa
belajar mengenai dimensi ruang dan waktu yaitu material, analitik, formal,
normatif dan spiritual. Berikut ini pembahasan singkat mengenai jawaban
pertanyaan tes jawab singkat …..
Materialnya apapun adalah material, sedangkan analitik itu logika pikir. Jika
material diterapkan pada benda maka hal ini menyangkut banyaknya benda yang dihitung.
Contohnya, analitiknya formal. Formal
itu aturan, maka analitiknya formal berarti banyaknya aturan-aturan. Lalu, analitiknya
normatif yaitu analitik. Analitik merupakan istilah normatif dan filsafat juga
istilah normatif. Selanjutnya, analitiknya sprititual. Analitik itu logika,
maka analitiknya spriritual itu logika Tuhan.Dalam
menembus ruang dan waktu haruslah menyesuaikan keadaan. Sintetik adalah interaksi antara campuran benda-benda. Simtetiknya material
adalah campuran benda-benda. Sintetiknya formal adalah formal gabungan dari
aturan-auran. Sintetiknya normatif adalah sintetik. Selanjutnya, sintetiknya sprititual
adalah produk-produk dari spiritual.Apriori adalah pikiran. Apriorinya material adalah benda-benda pikir. Apriorinya
formal adalah aturan-aturan di dalam pikir. Selanjutnya, apriori spriritual
adalah takdir. Kita dapat memikirkan takdir, tetapi sepenuhnya takdir adalah
kehendak Tuhan. Transenden adalah dimensi para dewa. Ingat para dewa berada di dimensi di atas
kita. Contohnya, kita adalah dewa bagi adik, bank adalah dewa bagi uang. Dewa
bisa mengatur dimensi di bawahnya. Transendenya material berarti benda-bendanya
para dewa. Transendennya spiritual berarti para amalaikat.Relatifnya formal adalah aturan yang longgar. Relatifnya normatif adalah
relatif. Relatifnya spritiual berarti ciptaan Tuhan yang ada di bumi. Sebenar-benarnya tidak ada yang absolut di dunia ini, hanyalah Tuhan yang
absolut. Absolutnya formal berarti ketentuan Tuhan. Absolutnya normatif berarti
ilmu Tuhan. Absolutnya spiritual berarti kuasa Tuhan.Skeptisnya material adalah benda-benda yang bergerak. Skeptis berarti belum
menentukan posisi. Skeptisnya formal adalah aturan-aturan yang tak jelas.
Skeptisnya normatif adalah skeptis. Skeptisnya spiritual adalah Syaitan. Skeptis
juga berarti ragu-ragu. Mitosnnya material adalah benda pusaka………..
Kita harus mengakui bahwa
kita tidak boleh hanya mengandalkan hasil tes jawan singkat. Kita harus mau
membaca blog dan membuat comment.
Setelah
tes jawab singkat, kuliah dilanjutkan dengan menyampaikan pertanyaan.
Pertanyaan
pertama dari Elfrida Noviana Dewi :
Bagaimana
membangun filsafat bagi orang yang sama sekali belum memahaminya?
Bagaimana
dengan orang yang tidak kuliah atau tidak mengambil mata kuliah filsafat?
Jawaban
Pak Marsigit :
Dalam membangun filsafat, kita harusnya memiliki sifat ikhtiar. Jika kita diminta untuk membaca maka kita harus mau membaca, sama dengan membuat komen, maka kita haru mau membuat komen, jika diminta berpikir maka kita harus berpikir. Bagi orang-orang yang tidak kuliah, kita tidar perlu memfilsafatkan masyarakan, hal ini tidak perlu karena lebih baik kita mengurusi diri kita sendiri.
Pertanyaan
kedua dari Mu’ahid Nur Rahman :
Mohon
dijelaskan mengenai apa yang dimaksud skeptis?
Jawaban
Pak Marsigit :
Skeptis
berarti meragukan segala sesuatu. Pada zaman dahulu di Yunani, tokoh skeptis
adalah Rene Descartes. Awal mulanya dari mimpi. Tetapi, mimpi yang dialami Rene
Descartes sangat berbeda sehingga membuatnya tidak mampu membedakan antara mimpi
dan kenyataan. Kemungkinan ini mungkin saja terjadi di negeri yang bersalju
seperti Perancis. Di lingkungan yang bersalju, serba putih, dan dingin
memanglah wajar. Ketika bermimpi tentang salju, ya seperti itu. Ketika berada
di luar rumah, hamparan salju ya seperti itu. Ketika tidur dan bangun tidur,
salju juga begitu. Memang, jika di Indonesia hal ini sulit terjadi karena tidak
ada hamparan salju yang luas. Rene lalu kebingungan dan ia hendak mencari
kepastian. Semua yang dilihat dan dipikikan tidak dapat dipercaya termasuk Tuhan
pun dia tidak percaya. Tetapi, singkat kata pada akhinya Rene mampu menemukan Tuhan.
Rene
memang meragukan segala sesuatu, sehingga ia mencari tahu terus-menerus. Satu
hal yang menurutnya jelas-jelas pasti bahwa aku ini sedang bertanya. Tidak ada
yang bisa mendebat hal ini. Menurutnya jika aku bertanya maka aku ada, saya
berpikir maka saya ada. Dampak hal ini tidak main-main.
Jika
kita tidak berpikir bisa jadi jangan-jangan kita tidak ada. Kalau kita tidak membuat
comment bisa jadi jangan-jangan kita
tidak ada. Menurut Rene Descartes, itulah yang namanya Skeptisism. Gabungan antara
skeptis dengan positif akan menjadi Metode
Saintifik.
Pertanyaan
ketiga dari Sdri. Deary Putriani :
Mohon
dijelaskan mengenai apa itu transenden?
Jawaban
Pak Marsigit :
Transenden
itu adalah sifat yang berada pada dimensi dewa atau dimensi di atasnya.
Contohnya rector adalah transenden bago mahasiswa serta dosen adalah transenden
bagi mahasiswa; siswa mengetahui sedikit tentang sifat dosen, sedangkan dosen
mengetahui banyak tentang sifat mahasiswa. Contoh lain adalah cacing dengan
ayam. Ayam adalah dewanya cacing. Sifat ayam transenden bagi sifat cacing. Cacing
mungkin berjalan santai di dekat ayam, padahal ayam siap mematuknya. Transenden
memiliki sifat yang ada di dimensi di atasnya.
Pertanyaan
keempat dari Sdri. Ilma Rizki Nur Afifah :
Adakah
aturan dalam berfilsafat?
Jawaban
Pak Marsigit :
Selama
ini, sebenarnya kita sedang membicarakan aturan filsafat. Pertanyaan ini ibarat
kita seperti ayam yang ada di dalam lumbung padi. Ayam menginjak-injak makanan
yang akan dimakan. Sampai sekarang dan sampai akhir, sebenarnya kita telah bicara
tata cara berfilsafat. Aturan itu melimpah ruah sehingga barangkali justru itu
membuat kita sulit mengatakannya.
Pertanyaan
kelima dari Rita Suryani :
Mohon
lebih dijelaskan mengenai validism beserta contohnya!
Jawaban
Pak Marsigit :
SALAH
itu BENAR. Filsafatnya SALAH namanya Validism.
Dengan adanya filsafat ini, kita akan menyadari bahwa ketika kita mendapat nilai
NOL, nilai itu adalah BENAR. Memang tes jawab singkat tadi dibuat agar kita
tidak sombong. Jika kita mencari ilmu yang didasari dengan rasa sombong, maka
kita tidak akan mendapat apa-apa. Inilah pengakuan Partai Nol Indo.
Jika
guru menyadari bahwa dunia siswa adalah dunianya menjawab SALAH, maka guru akan
maklum. Sangatlah wajar jika siswa salah karena siswa sedang belajar. Guru
harus tahu filsafat bahwa di dunia ini perlu ada yang SALAH. Seandainya, guru
marah-marah dan stress, maka siswa juga akan stress dan semuanya akan RUGI.
Dalam
kuliah ini, banyak yang tidak paham elegi misalnya elegi paradoks tukang cukur.
Sebenarnya elegi ini menyatakan bahwa f(x) adalah himpunan dari a sama dengan x
dengan x tidak sama dengan x…..sungguh
rumit penjelasannya….
Pertanyaan
keenam dari Latifatul Karimah :
Nilai
kebenaran dalam filsafat didasarkan pada apa?
Jawaban
Pak Marsigit :
Nilai
kebenaran ditentukan oleh yang ada dan yang mungkin ada dalam ruang dan waktu. Benar
diriku itu subjektif. Benar diri kita itu objektif. Benar dalam pikiran itu
ideal. Benar di luar pikiran kita itu relatif. Sebenarnya ilmu yang dipelajari itu
melimpah ruah-banyak sampai-sampai mungkin kita tidak tahu. Ibarat anak ayam yang
kelaparan di dalam lumbung padi. Ayam mungkin tidak dapat membedakan antara batu
dan makanan. Kebenaran dunia ini relatif, tetapi kebenaran Tuhan itu absolut.
Kebenaran skeprtis itu diragukan dan kebenaran pikiran itu adalah konsisten
atau koheren.
Barang
siapa berpikir tidak konsisten maka itulah yang disebut salah; salahnya
berpikir. Kebenaran para dewa adalah para logos. Kebenaran para daksa adalah
pada faktanya. Kebenaran subjek adalah para predikatnya, sedangkan kebenaran
predikat adalah para subjeknya. Kebenaran kapitalis itu modalnya; siapa yang bermodal
dianggap ada. Kebenaran utilitarian adalah asas manfaat. Kebenaran pragmatis
itu praktisnya. Kebenaran material itu bendanya. Kebenaran spiritual itu firman
Tuhan. Kebenaran benda-benda itu relatif, sedangkan kebenaran Tuhan itu absolut.
Pertanyaan
ketujuh dari Anggara Ari Mustofa :
Apakah
filsafat dari nol?
Jawaban
Pak Marsigit :
Filsafat
dari nol adalah nihilism. Nihilism menganggap bahwa pada akhirnya manusia itu
hampa atau tiada. Manusia menggapai ketiadaan agar hidup bahagia. Tiada nafsu,
tiada amarah, tiada cita-cita, dan dalam keadaan tiada kita akan naik ke
nirwana.
Pertanyaan
kedelapan dari Winda Dwi Astuti :
Filsafat
apa yang membiacarakan masa depan?
Jawaban
Pak Marsigit :
Tokoh
filsafat ini adalah Immanuel Kant dalam bukunya teologi. Bisa jadi jika mulai
sekarang kita belajar terbang, mungkin saja turunan ke dua puluh ribu kita bisa
terbang. Hal ini sesuai dengan prinsip evolusi. Contohnya ikan di laut bisa
berubah bentuk karena disesuaikan dengan aktivitasnya. Mungkin saja kuda nil
bisa jadi badannya membesar karena di air tidak banyak bergerak dan lama lama mungkin
saja bisa kehilangan kakinya. Semilyar tahun lagi mungkin hal ini bisa terjadi.
Pertanyaan
kesembilan dari Diah Hapsari Widyarini :
Adakah
batasan mencari ilmu?
Jawaban
Pak Marsigit :
Ciri
orang berfilsafat mudah dipahami. Pertanyaan ini tidak mudah dipahami karena
sebenar-benarnya ilmu itu terbentang luas.
Pertanyaan
kesepuluh dari Isti Handayani :
Apa
yang membuat Bapak tertarik memdalami filsafat?
Jawaban
Pak Marsigit :
Hidup
tidak semata-mata atas dasar tertarik. Tertarik itu berarti pelaku tunggal yang
penuh full of otority. Banyak
kejadian yang tidak sengaja, di luar kemauan, dan di luar pikiran; semua mengalir
begitu saja. Misalnya saya cerita Pak Marsigit hingga akhirnya menjadi seorang
professor….mendapat gelar guru besar yang unik yaitu guru besar dalam ilmu
pembelajaran matematika…. (sungguh di
luar apa yang dibayangkan)
Tipsnya.
Jalani saja apa yang perlu kita jalani. Tuntaskan semua kewajiban. Tuntaskan semua
tugas. Setiap event haruslah berprestasi….. berprestasi….. kuncinya FOKUS…. Dengan
pengalaman terbatas yang dialami, dengan ilmu yang dipunyai, kita dapat menjelaskan
unsur-unsur spiritual tetapi harus menjaga sopan dan santun.
Pertanyaan
kesebelas dari Tangguh
Yudho Pamungkas :
Apa
hubungan filsafat dengan Tuhan?
Jawaban
Pak Marsigit :
Bacalah
elegi menggapai ritual ikhlas 1-43. Pertanyaan ini sudah sejak awal kita bahas
terus menerus. Tidak perlu metode definisi karena hubungan filsafat dengan Tuhan
dapat dpahami jika kita cermat. Dari awal sampai sekarang, hal ini selalu
dibicarakan itulah posisinya ibarat kita ingin mendefiniskan cinta. Tak akan bisa
kita mendefinisikan cinta karena sejak dulu kita telah bicara cinta Walaupun
tidak terucap tapi terlihat dalam tindakan dan tulisan. Singkatnya, filsafat itu
pikiran dan agama itu hati.
Sehebat-hebatnya
pikiran tidak akan mungkin mengetahui relung-relung hati seseorang. Itulah
gambaran setinggi tinggi ilmu manusia. Tidak akan mungkin manusia dapat mengetahui
rahasia Tuhan. Jika diturunkan, sehebat-hebatnya ucapan tidak akan mungkin bisa
mengucapkan apa yang ada dalam pikiran. Sehebat-hebatnya tulisan tidak akan mungkin
bisa menulis apa yang akan diucapkan. Selincah-lincahnya gerakan tidak akan
mungkin bisa melaksanakan apa yang sudah ditulisankan. Dunia berstuktur dan
berhierarkis. Jangan sombong dan gagah-gagahan untuk mengetahui rahasia Tuhan.
Kesimpulan
:
Untuk menembus ruang dan waktu maka kita sebaiknya menyesuaikan diri. Bacalah
ketika diminta membaca, berpikirlah ketika diminta berpikir… Dalam berfilsafat
kita harus mampu memikirkan hal-hal yang paling sepele.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar